PENDAHULU
1.1 Latar Belakang
Secara kodratiyah, manusia sebagai
makhluk berpikir yang membedakanya
dengan hewan, manusia tidak mungkin hidup
tanpa orang lain. Untuk mencapai
kepuasan dalam kehidupannya mereka
harus membina hubungan interpersonal.Interaksi sosial
atau sosialisasi adalah hubungan interpersonal yang sehat, terjadi jika individu
terlibat saling merasakan
kedekatan, sementara identitas pribadi masih dapat di pertahankan.
Juga perlu untuk membina perasaan saling tergantung, yang merupakan keseimbangan antara ketergantungan
dan kemandirian dalam suatu hubungan. (Stuart dan Sundeen, 1998
:
345).Interaksi sosial adalah keadaan dimana
individu mengalami atau beresiko
mengalami respon negative, ketidak adekuatan ketidakpuasan dalam interaksi.( Carpenito, 2001 :
385).Dari kedua pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa interaksi sosial
adalah kemampuan individu melakukan
suatu aktifitas dengan
individu lainnya dalam menjalin hubungan kerjasama, adanya saling
ketergantungan, keseimbangan
dan kepuasan serta kemandirian dalam suasana hubungan yang sehat.
1.2 Tujuan
Pada dasarnya tujuan penulisan makalah ini
terbagi menjadi dua
bagian, yaitu tujuan umum
dan khusus. Tujuan umum
dalam penyusunan makalah ini adalah
untuk memenuhi salah
satu tugas mata
kuliah Keperawatan Jiwa.
Adapun tujuan khusus dari
penyusunan makalah ini adalah :
1. Mampu
menjelaskan
mengenai isolasi sosial
2. Mampu mengaplikasikan asuhan
keperawatan isolasi
sosial
METODE
Metode yang digunakan
dalam pengkajian ini adalah analisis dan
perbandingan terhadap beberapa jurnal. Dalam melakukan analisis ini
didapatkan sebuah hasil bahwa
jika
ingin
melakukan tindakan keperawatan
pada pasien jiwa perawat harus mampu membangun kepercayaan pada pasien tersebut.
Hasil dan Pembahasan
Menurut
Townsend, M.C (1998:152) isolasi sosial merupakan keadaan kesepian yang dialami oleh
seseorang karena orang lain dianggap
menyatakan sikap negatif dan mengancam
bagi
dirinya.
Sedangkan
menurut DEPKES RI (1989: 117) penarikan diri atau withdrawal
merupakan suatu tindakan
melepaskan diri, baik
perhatian maupun minatnya
terhadap lingkungan sosial secara langsung yang dapat bersifat sementara atau menetap.
Isolasi sosial merupakan keadaan di mana individu atau kelompok
mengalami atau merasakan
kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan
keterlibatan dengan orang
lain tetapi tidak mampu untuk membuat kontak (Carpenito ,L.J, 1998: 381). Menurut Rawlins, R.P & Heacock,
P.E (1988 :
423) isolasi sosial menarik diri merupakan
usaha menghindar dari interaksi
dan berhubungan dengan orang lain, individu merasa kehilangan
hubungan akrab, tidak mempunyai
kesempatan dalam berfikir, berperasaan,
berprestasi, atau selalu dalam
kegagalan.
Perilaku isolasi
sosial menarik diri merupakan suatu
gangguan hubungan interpersonal yang terjadi akibat adanya
kepribadian yang tidak fleksibel yang menimbulkan
perilaku maladaptive dan mengganggu fungsi seseorang dalam
hubungan sosial (Depkes RI, 2000)
Menurut Stuart Sundeen rentang
respon klien
ditinjau
dari
interaksinya
dengan lingkungan social merupakan
suatu kontinum yang terbentang antara respon adaptif dengan maladaptive
sebagai berikut :
a. Rentang respon sosial
Respom Adaptif :
Respon yang masih dapat diterima oleh norma – norma social
dan kebudayaan secara umum serta masih dalam
batas normal dalam
menyelesaikan masalah
1. Menyendiri : respons
yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa yang telah terjadi dilingkungan sosialnya.
2. Otonomi : kemampuan individu untuk
menentukan dan menyampaikan ide,
pikiran,
perasaan dalam
hubungan
social.
3. Bekerjasama : kemampuan individu
yang saling membutuhkan satu
sama lain.
4. Interdependen : saling ketergantungan
antara individu dengan orang lain dalam membina hubungan
interpersonal.
Respon Maladaptif :
Respon yang
diberikan individu yang
menyimpang dari norma social.
Yang termasuk respon maladaptive
adalah :
1. Menarik
diri :
seseorang yang mengalami
kesulitan dalam
membina
hubungan secara terbuka dengan
orang lain.
2. Ketergantungan :
seseorang gagal mengembangkan
rasa percaya diri sehingga tergantung dengan orang lain.
3. Manipulasi :
seseorang yang mengganggu
orang lain sebagai objek individu sehingga
tidak dapat membina hubungan social secara mendalam.
4. Curiga
:
seseorang gagal mengembangkan
rasa percaya terhadap orang lain.
C. Faktor Predisposisi
a.
Faktor Perkembangan
Tiap gangguan
dalam pencapaian tugas
perkembangan yang disebutkan pada tabel 1.2
akan mencetuskan seseorang sehingga mempunyai
masalah respon social maladaptip. System
keluarga yang terganggu dapat menunjang
perkembangan respon sosial maladaptip. Beberapa orang percaya bahwa individu yang mempunyai ini adalah
orang yang tidak berhasil memisahkan
dirinya dari orang tua. Norma keluarga
mungkin tidak mendukung
hubungan keluarga dengan pihak lain di luar keluarga. Peran keluarga sering
kali tidak jelas. Orang tua pecandu alcohol
dan
penganiaya anak
juga mempengaruhi
seseorang
berespon social maladaptif. Organisasi
anggota keluarga bekerjasama dengan tenaga professional
untuk mengembangkan gambaran yang lebih tepat
tentang hubungan
antara kelainan
jiwa dan stress keluarga.
Pendekatan kolaboratif sewajarnya mengurangi
menyalahkan keluarga oleh tenaga
professional.
b. Faktor Biologik
Faktor genetik dapat menunjang
terhadap respon sosial maladaptif. Ada bukti
terdahulu tentang
terlibatnya
neurotransmiter dalam perkembangan
gangguan ini, namun tetap masih diperlukan penelitian lebih lanjut.
c. Faktor Sosiokultural
Isolasi sosial merupakan
faktor dalam anggota gangguan
berhubungan, ini akibat dari
norma yang tidak mendukung
pendekatan terhadap orang lain, atau tidak mengahargai anggota masyarakat yang tidak produktif seperti
lansia orang cacat, dan
berpenyakit kronik, isolasi dapat terjadi karena mengadopsi norma,
prilaku, dan sistem nilai yang
berbeda dari kelompok budaya mayoritas. Harapan yang tidak
realistis terhadap
hubungan merupakan faktor lain yang berkaitan dengan gangguan ini.
D. Faktor Presipitasi.
Stressor
pencetus umumnya mencakup
kejadian kehidupan yang
penuh stress seperti
kehilangan yang mempengaruhi individu untuk
berhubungan dengan orang lain dan menyebabkan stress.
Faktor pencetus ini di
kategorikan:
a. Stressor
sosiokultural, stress dapat ditimbulkan oleh
:
1).
Menurunnya stabilitas unit keluarga
2). Berpisah dari orang yang berarti
dalam kehidupannya
b. Stressor Psikologik, Ansietas berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan
dengan keterbatasan kemampuan untuk
mengatasinya. Tuntutan untuk
berpisah dengan orang terdekat atau kegagalan orang lain untuk
memenuhi kebutuhan
untuk ketergantungan dapat menimbulkan
ansietas
tinggi.
Dampak Kerusakan Interaksi
sosial
: Menarik
Diri
Terhadap Kebutuhan Dasar Manusia menurut Hirarki maslow
1. Kebutuhan
nutrisi
Klien lebih menikmati
kesendiriannya sehingga
kurang berminat untuk makan, bila
hal ini berlangsung terus maka akan
terjadi penurunan berat badan,
selain itu dampak obat yang
diberikan yaitu anti Parkinson dan
anti psikotik
dapat
mengakibatkan mual, mulut
kering dan konstipasi sehingga hal
itupun akan menyebabkan proses asupan nutrisi jadi terganggu.
2. Kebutuhan
istirahat tidur
Klien
dengan menarik diri sengan berlama-lama dikamar dan banyak
tidur siang selain itu
obat-
obatan juga berpengaruh sehingga
klien cendrung untuk tidur terus.
3. Aktifitas sehari-hari
Klien kurang senang dengan kegiatan sehingga
kegiatan yang bekaitan dengan perawatan dirinya terabaikan, penampilan klien kusut dan
Klien dengan menarik diri
mengalami kegagalan
dalam pemenuhan dasar ini, karena klien lebih
senang dunianya sendiri.
6. Kebutuhan
aktualisasi diri
Klien dengan menarik diri tidak mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalahnya, tidak mempunyai perasaan bersaing dan tidak mempunyai keinginan untuk dapat diakui kebaikannya atau perannya.
Rencana Tindakan Keperawatan
1 : Isolasi sosial: menarik diri
Tujuan Umum : Klien dapat berinteraksi dengan orang kusam, selain itu efek terapi anti psikotik adalah kelemahan otot sehingga klien terlihat lemah dalam beraktifitas.
Kebutuhan dan rasa aman
Klien dengan menarik diri akan
merasa aman bila tidak berhubungan
dengan orang lain, karena klien
beranggapan hal itu
akan
membahayakan dirinya. Efek samping obat anti psikotik adalah timbulnya keresahan dan kegelisahan continue sehingga klien
merasa lebih nyaman
bila sendiri.
Kebutuhan akan
rasa
cinta
dan memiliki
lain sehingga
tidak terjadi halusinasi
Tujuan Khusus
:
1. Klien dapat membina hubungan
saling percaya
Tindakan :
1.1 Bina hubungan saling percaya
dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik dengan
cara :
1. Sapa klien dengan ramah baik verbal
maupun non verbal
2. Perkenalkan diri dengan sopan
3. Tanyakan nama
lengkap klien
dan
nama panggilan yang disukai
4. Jelaskan
tujuan pertemuan
5. Jujur dan
menepati janji
6. Tunjukkan sikap empati
dan menerima klien apa
adanya
7. Berikan
perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar
klien
2. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri
Tindakan:
2.1
Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan
tanda-tandanya.
2.2 Beri kesempatan kepada klien untuk
mengungkapkan perasaan penyebab menarik diri atau
mau
bergaul
2.3 Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda
serta penyebab yang muncul
2.4 Berikan
pujian terhadap
kemampuan
klien mengungkapkan perasaannya
3. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain
dan kerugian tidak berhubungan
dengan orang lain.
Tindakan :
3.1
Identifikasi bersama klien cara tindakan
yang dilakukan jika
terjadi
halusinasi
( tidur, marah, menyibukkan diri dll)
3.2
Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan
dengan orang lain
1. Beri kesempatan kepada
klien untuk mengungkapkan perasaan tentang
keuntungan berhubungan dengan prang lain.
2. Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan orang lain
3. Beri reinforcement positif
terhadap kemampuan mengungkapkan
perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain
3.3
Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak
berhubungan dengan orang lain
1. beri kesempatan
kepada
klien untuk
mengungkapkan perasaan dengan orang lain
2. diskusikan
bersama klien
tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
3. beri reinforcement
positif terhadap
kemampuan mengungkapkan perasaan tentang
kerugian tidak berhubungan dengan orang
lain
4. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial
Tindakan:
4.1 Kaji
kemampuan
klien membina
hubungan dengan orang lain
4.2 Dorong
dan
bantu kien untuk
berhubungan dengan orang lain melalui
tahap :
· Klien –
Perawat
· Klien – Perawat – Perawat lain
· Klien – Perawat – Perawat lain
–
Klien lain
· K –
Keluarga atau kelompok masyarakat
o Beri
reinforcement
positif terhadap
keberhasilan yang telah dicapai.
o Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan
o Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama
klien dalam mengisi
waktu
o Motivasi klien untuk mengikuti
kegiatan ruangan
o Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam kegiatan ruangan
· Klien
dapat mengungkapkan
perasaannya setelah berhubungan
dengan orang lain
Tindakan:
o Dorong
klien untuk mengungkapkan
perasaannya bila berhubungan dengan orang lain
o Diskusikan dengan klien tentang perasaan masnfaat berhubungan
dengan orang lain.
o Beri
reinforcement
positif atas
kemampuan klien mengungkapkan
perasaan manfaat berhubungan dengan oranglain
· Klien dapat memberdayakan
sistem
pendukung atau keluarga
Tindakan:
o Bina hubungan
saling
percaya dengan keluarga :
· Salam, perkenalan diri
· Jelaskan tujuan
· Buat kontrak
· Eksplorasi
perasaan klien
o Diskusikan dengan anggota
keluarga tentang :
· Perilaku menarik diri
· Penyebab
perilaku menarik diri
· Akibat yang
terjadi
jika perilaku
menarik diri tidak ditanggapi
· Cara
keluarga menghadapi klien
menarik diri
o Dorong anggota keluarga
untukmemberikan dukungan
kepada klien untuk berkomunikasi dengan orang lain.
o Anjurkan anggota keluarga secara
rutin dan bergantian menjenguk klien
minimal satu
kali seminggu
o Beri reinforcement positif
positif
atas hal-hal yang telah dicapai oleh keluarga
FOKUS INTERVENSI PADA PASIEN
ISOLASI
SOSIAL
Pasien
SP 1
1. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial pasien
2. Berdiskusi
dengan
pasien
tentang
keuntungan berinteraksi dengan orang lain
3. Berdiskusi
dengan
pasien
tentang
kerugian tidak berinteraksi
dengan orang lain
4. Mengajarkan
pasien cara berkenalan dengan satu orang
5.
Menganjurkan pasien memasukkan
kegiatan latihan berbincang – bincang
dengan orang lain
dalam kegiatan harian
SP 2
1. Mengevaluasi
jadwal kegiatan harian pasien
2. Memberikan kesempatan
kepada pasien mempraktekkan cara berkenalan dengan satu orang
3. Membantu pasien memasukkan kegiatan berbincang – bincang dengan orang lain sebagai
salah satu kegiatan harian
SP 3
1. Mengevaluasi jadwal
kegiatan harian pasien
2. Memberikan kesempatan kepada klien
berkenalan dengan dua orang atau lebih
3. Menganjurkan
klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
SP 1
1. Mendiskusikan
masalah
yang dirasakan keluarga dalam
merawat pasien
2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala isolasi sosial yang
dialami pasien beserta proses
terjadinya
3. Menjelaskan cara – cara merawat pasien isolasi sosial
SP 2
1. Melatih keluarga mempraktekkan cara
merawat pasien dengan isolasi sosial
2. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien isolasi sosial
SP 3
1. Membantu
keluarga membuat jadual
aktivitas dirumah termasuk minum obat
( Discharge planning)
2. Menjelaskan follow up pasien setelah
pulang
KESIMPULAN
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai afek
dari tindakan keperawatan pada klien.
Evaluasi
dilakuakn terus menerus pada respon klien tehadap
tindakan keperawatan yang
telah dilaksanakan.
Evaluasi
dapat dibagi 2 yaitu : Formatif
dan sumatif, Formatif dilakukan setiap
selesai melaksanakan tindakan,
evaluasi sumatif dilakuakn dengan membandingkan respon klien pada tujuan khusus
dan
umum yang telah
ditentukan dengan menggunakan
SOAP.
O : Respon objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan
A : Analisa ulang atas data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah masalah masih
tetap atau muncul masalh baru atau ada data yang kontradiksi dengan masalah yang ada
P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa.
( Keliat ,1998
: 15 )
DAFTAR PUSTAKA
Azizah, Lilik Ma’rifatul. 2011. Keperawatan Jiwa Aplikasi Praktik Klinik. Yogyakarta: Graha Ilmu Dalami, E. 2009. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Jiwa. Jakarta: Trans Info Medika.
Davidson, Gerald C, Neale, John M, & Kring, Ann M. 2014. Psikologi Abnormal. ( Penerjemah, Noermalasari Fajar.- Ed 9). Jakarta: Rajawali Pers
Direja, Ade Herman Surya. 2017. Buku Ajar Asuhan KeperawatanJiwa. Yogyakarta:Nuha Medika
Erlinafsiah. 2012. Modal perawat dalam praktek keperawatan jiwa. Jakarta: Trans Info Media
Lestari W.2009. Asuhan keperawatan klien dengan gangguan jiwa. Jakarta: Tim Trans Info Media.
Pieter, Herri Zan, Lubis, Namora Lumongga. 2017. Pengantar Psikologi DalamKeperawatan.
Jakarta: Kencana
2017. Fundamental of Nurshing 7th. (Yasmin Asih [et.al], Penerjemah). Jakarta: EGC
Prabowo, Eko. 2017. Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika Saam, Zulfan. 2017. PsikologiKeperawatan. Depok: Rajawali Pers
Simamora, Roymond H. 2009. Buku Dokumentasi Proses Keperawatan. Jember University Press
Simamora, Roymond H. 2008. Peran Manajer Dalam Pembinaan Etika Perawat Pelaksana Dalam Peningkatan Kualitas Pelayanan Asuhan Keperawatan.
Sunaryo. 2013. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC
Yusuf, Ah, Fitryasari, Risky, & Nihayati, Hanik Endang. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika
Posting Komentar